Posted by : dimz Aug 17, 2013

Hahaha. Sebenarnya udah lama banget pengen nulis. Cuma baru kesampaian malam ini. :D

So, guys and gals, how’d? Maap ye, penulis lagi rempong beberapa bulan (tahun, Red) ini. Maklum, lagi sibuk “ngurusin” diri dengan kuliah dan aktivitas-aktivitas lain yang membangun diri. Hehehehe. Disini dikutip kata “ngurusin”, karena sebenarnya bukan berarti membuat badan yang sudah kurus ini tambah kurus. Tapi lebih pada bagaimana yang sudah kurus ini semakin berisi dengan berbagai pengalaman, pengetahuan, dan lebih khususnya makanan rohani. Well, kali ini akan kubagikan sedikit dari apa yang kudapat melalui kegiatan “ngurusin” ini.

Latar belakang
Emm, udah sering denger yang namanya baterai? Benda ini bisa ditemukan di jam tangan mu, telepon genggam (yang dari jaman seven ceblok sampai smartphone), weker, senter, kalkulator, leptop, empetri, motor, mobil, dan lainnya. Apa itu baterai?
Benda dengan ukuran tertentu (tergantung sih) yang punya kutub positif dan kutub negatif arus dengan beda potensial tertentu yang dapat digunakan untuk memberi sejumlah arus pada alat tertentu untuk mengerjakan fungsinya. Maap ngaco nih. Tapi sebagiannya masuk akal dan benar lah keberadaannya. :D

How it works? 
“Trust me, it works”, kata sebuah slogan di salah satu iklan produk minuman kesehatan. Tapi, tahukah kamu bagaimana sebenarnya ia bekerja? Oke, mari masuk dunia ilmiah. Baterai kan punya dua kutub dengan beda potensial tertentu. Nah, perbedaan ini yang membuat baterai mengeluarkan arus listrik dalam jangka waktu tertentu sampai perbedaan di kedua kutub itu nihil alias tidak ada perbedaan lagi. Pelepasan energy kimia menjadi arus listrik ini yang dimanfaatkan oleh alat-alat untuk mengerjakan fungsi atau tugasnya masing-masing.

Next Step
Sejumlah pertanyaan muncul dalam imajinasi “arus baterai”-ku. Manusia punya baterai ga ya? Kalo iya, apa manusia udah mengerjakan tugas atau fungsinya dengan baik? Kalo ga punya baterai, terus apa sumber energi manusia?

Mari kita renungkan #1
Energi bersifat kekal. Ia dapat berubah bentuk. Istilahnya keseimbangan alam. Sehingga, munculnya manusia pun perlu diseimbangi dengan energi alam. (makin ngaco nih) Intinya, manusia sangat memerlukan energi. Yang dipertanyakan sekarang, sudahkah energi itu dipakai untuk menunaikan “fungsi manusia” dengan baik? Silakan direnungkan…

--------------------------------------------------------------------------

Other Problem
“masbroh, baterai gua ABC Alkaline atau rechargeable battery yak? Kalo ABC, jangankan sehari, 2 jam ambil foto pake DSLR ga kuat bro. Itu juga 4 biji sekali pakai bro.” Itu obrolan ringan dengan sobat saya. Hehehe. Kameranya pake rekam video sih, bukan foto-foto. :P




Baterai, apapun jenisnya, rechargeable ataupun tidak, dayanya dapat melemah dan akhirnya tidak mengeluarkan energi apapun. Supaya dapat menggunakannya kembali, banyak cara yang bisa dipakai. Untuk baterai biasa, dapat dijemur di terik matahari. Untuk rechargeable battery, dapat diisi dengan dialiri arus listrik kembali. Kalau aki (accu), perlu juga dengan mengisi cairan kimianya. Sehebat-hebatnya baterai, pasti harus diisi kembali dayanya untuk membantu alat yang menggunakannya mengerjakan fungsinya. Powerbank misalnya, hadir untuk membantu mengisi daya baterai gadget portable kesayangan.

Mari kita renungkan #2
Baterai gadget atau perangkat elektronik perlu diisi kembali untuk membantu gadget tersebut mengerjakan fungsinya. Bagaimana dengan “baterai hidup”-mu? Baterai hidup bukan hanya makanan jasmani, tapi juga makanan rohani. Makanan jasmani memberi kekuatan dan kesehatan secara fisik. Itu baru kulit luar dari sumber energi manusia. Sebagai core (inti) dari sumber energi itu adalah makanan rohani. Ia memenuhi apa yang dibutuhkan psikis atau rohani manusia. Mengisi sumber energi jasmani sudah pasti dilakukan, yaitu dengan makan, minum, dan istirahat secukupnya. Bagaimana mengisi sumber energi rohani? Sudahkah secukupnya? Mari direnungkan…


--------------------------------------------------------------------------

Next : some facts

Tahukah kamu bahwa baterai handphone atau laptop mu punya siklus hidup? Sepengetahuan saya, semua rechargeable battery punya yang namanya siklus. Nilai siklus ini menyatakan berapa kali baterai tersebut mampu diisi daya secara berulang-ulang. Kalau untuk baterai laptop, kalau tidak salah punya 30000 siklus. Itupun nilai rata-rata. Jadi baterainya bisa diisi sebanyak 30000 kali, atau 30001 kali. Beragam. Selain itu, konsep dan definisi “pengisian” ini saya kurang tahu pasti. Apakah pengisian baterai dari keadaan kosong atau separuh kosong.

Ada tanda-tanda dari siklus itu. Salah satunya, daya tampung atau kapasitas baterai yang menurun. Laptop yang biasanya bertahan dalam waktu 4jam dengan mode power saver, tiba-tiba menurun dan hanya bertahan dalam waktu 2-3jam saja. Padahal program-program aplikasi yang dibuka sama.
Well, at least, we know batteries can’t be used longer than that cycle’s period. Hehehehe.


Analogy & Mari kita renungkan #3
Telah kita sadari bahwa manusia perlu “baterai hidup” untuk mengerjakan fungsi atau tugasnya di dunia. Kualitas pengerjaan bagian hidup itu juga perlu dilihat kembali. Sudah yang terbaik atau hanya sekedar dikerjakan. Lalu, merenungkan kembali bagaimana mengisi sumber “baterai hidup” itu selama ini. Dan sekarang mari kita lihat satu fakta lagi.

Baterai punya “siklus hidup” atau lebih tepatnya dikatakan “siklus energi”, yaitu berapa kali ia dapat diisi kembali dan digunakan lagi. Bagi saya, begitu juga halnya dengan manusia. Memang, manusia hidup hanya sekali, tidak bersiklus. Energi yang dipakainya yang bersiklus (ingat Hukum Kekekalan Energi :D). Entah berapa lama manusia dapat hidup, saya tidak tahu. Hanya Sang Pencipta yang tahu. Tapi, satu hal yang saya tahu, hidup saya dan kamu “terbatas”. Dan kita harus mengisi yang “terbatas” ini dengan baik. Betul tidak?

Dan mari kita renungkan, apakah yang “baik” itu sudah sesuai dengan apa yang seharusnya kita lakukan di dunia ini?

--------------------------------------------------------------------------

Closing
Akhirnya masuk ke bagian penutup. Hehehehe.

Pada akhirnya, sebagai bagian dari ciptaanNya, ada tugas atau tujuan mengapa kita diciptakan. Tahukah kamu akan tugas atau tujuanmu di dunia ini? Tujuannya adalah untuk menyenangkan Tuhan (di Efesus 2: 10). Bagaimana mencapainya? Tentu saja disesuaikan dengan bidang yang teman-teman tekuni, seperti pekerjaan, keahlian, hobby, talenta, dan masih banyak lagi lainnya. Contoh kecilnya pada mahasiswa. Untuk mencapai tujuan itu, salah satu cara kecil adalah dengan belajar dengan giat, sehingga ketika lulus nanti ia bisa bekerja dengan baik sesuai bidang kuliah yang telah diambilnya. Bagaimana denganmu? 

Kalau sudah tahu, apakah yang telah kita lakukan sudah mengarah pada tercapainya tujuan itu? Bila belum tahu, cari tahulah dahulu, sebab yang tahu adalah dirimu dan Tuhan. Kalau sudah tahu dan telah melakukannya, bagaimana hubunganmu dengan “Sang Energi” (Sang Pencipta, Red) ? Mari kita RENUNGKAN bersama teman-teman, dan CARI APLIKASI sederhana dari setiap perenungan kita. :D

Memang, barang elektronik bisa ganti baterai bila baterai sudah usang. Tapi, “baterai hidup” tidak demikian halnya. Hidup kita cuma sekali bro-sist. Mau ganti? Lebih baik, perbaiki hidupmu yang “usang” dengan melakukan hal yang seharusnya.

Good night pals. :D

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © The Young Outsider - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -