- Back to Home »
- Rohani »
- Pelita
Posted by : dimz
Nov 19, 2011
Shaloom…
Ini adalah sebuah cerita
yang saya temukan ketika googling. Yuk kita simak.
-------
Pada suatu malam,
seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat
membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak
berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya!
Saya bisa pulang kok." Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini
agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu."
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak
berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri
jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun
saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!" Si buta tertegun.... Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta."
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!" Si buta tertegun.... Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta."
Si buta tersipu
menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar
saya." Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali
pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan
masing-masing.
Dalam perjalanan
selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta tersebut. Kali
ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf,
apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya
justru mau menanyakan hal yang sama." Senyap sejenak... secara
berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?"
Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya...," sembari
meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan
kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga,
seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk
kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu,
tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam
benak orang ini, "Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi
saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut
melihat jalan mereka."
-------
Dalam ilustrasi ini,
pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti
menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan
kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral
rintangan (yaitu tabrakan!).
Si buta pertama mewakili
mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego,
dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa
lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam
perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui
peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah
hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari
pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili
orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli.
Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa
melihat.
Penabrak kedua mewakili
mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya
menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa
menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta,
sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili
mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya
menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya.
Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk
terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat
mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita
kebijaksanaan.
Lalu, siapakah kita dalam
cerita ini? Bagaimanakah dengan terang yang telah diberikan kepada
kita dan ada dalam kita? Bagaimana terang yang dapat menuntun
perjalanan hidup kita itu dalam diri kita pribadi? Sudahkah kita
sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah
nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi
diri kita sendiri dan sekitar kita. (ingat Yoh 8: 12)
Sumber Ilustrasi : Kisah-Kisah
Inspiratif (dengan beberapa gubahan)